Home

Rabu, 11 Juli 2012

Pesona Alam Pantai Sumba Yang Masih Natural

Pantai Baing
Pantai Baing dengan batu dan jurang terjal diliputi pepohonan di sekitarnya
Perjalanan ke Pantai Baing menempuh waktu sekitar 1,5 jam dr Puskesmas Nggongi, melewati terjalnya jalan cadas tanpa aspal melewati Kecamatan Ngadu Ngala tanpa signal dan tanpa listrik dengan penduduk yang ramah menyambut kita.
Pantai Baing Sumba Timur NTT
Pantai Baing di bagian barat Sumba Timur
Inilah Pantai Baing dilihat dari sisi kanan, bila kita kesana tidak akan rugi karena disana pasir putih dengan hembusan angin kencang dan debur omabk pantai selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia. Jangan coba2 menyelam disini katanya banyak hiu di tengah laut :)
Watu Parunu Baing
Watu Parunu Baing saat pasang
Watu yang artinya batu, dengan lubang ditengahnya. Parunu artinya menyelam. Jadi bila kita melewati lubang di tengah batu seperti menyelam di bawah batu. Bila saat surut di pagi hari kita bisa foto2 dibawahnya, sayang saat itu laut sedang pasang.
Pantai Baing
Pantai Baing
Pantai dengan jurang2 terjal, pepohonan dan pantai putih mengelilingi birunya laut.
Perahu merapat pantai Weihungu
Perahu-perahu bersandar di Pantai Weihungu
Pada bulan November akhir ombak di selatan sangat tinggi karena ada badai di laut, dengan tinggi gelombang bisa mencapai 2-3 meter di tengah laut akibat pengaruh El Nino. Maka banyak nelayan di pantai selatan sumba ‘memarkirkan’ perahu-perahunya. Diatas adalah perahu yang digunakan nelayan setempat untuk mencari cumi, ikan tembang, gurita, ikan tuna.
Pantai Katundu
Pemandangan Pantai Katundu
Pantai penyeberangan ke pantai Prai Salura. disini kita menunggu kapal nelayan yang menyeberangkan kita ke pulau tersebut. Pulau Prai Salura adalah pulau yang dimiliki Sumba Timur selain Pulau Kotak, kambing dan Mengkudu. Pulau Mengkudu mempunyai resort kerjasama penduduk sekitar dengan wisatawan dari Australia. Dahulu banyak dikunjungi wisatawan dari Australia untuk surfing. tapi sejak 2 tahun lalu, terjadi gosip sengketa antara Indonesia dan Australia sehingga TNI mengirimkan personalnya dan kapal agar pulau ini tidak direbut. Sekarang resortnya sepi deh……
Batu terjal di pantai Katundu
Kita kecil di antara ciptaan-Nya, batu jurang Pantai Katundu
Batu-batu cadas yang menjadi ciri khas Sumba Timur di sekitar pantainya merupakan pemandangan elok yang jarang tersentuh.
Yuk ke Sumba Timur NTT……!!!!!

Wisata Alam di Sumba Barat

Banyak potensi wisata alam di Sumba Barat seperti pantai-pantai berpasir putih, danau, air terjun, kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, bukit-bukit serta lembah-lembah yang hijau.
1. Pantai Marosi yang terletak di Kec.Lamboya, sekitar 32 Km dari Waikabubak. Pantai Marosi merupakan salah satu pantai tercantik di Sumba Barat. Pantai ini dekat dengan arena Pasola Hobba Kalla (Pasola Lamboya) serta sejumlah perkampungan tradisional.
Pantai Marosi
 2. Pantai Rua yang terletak di Kec. Wanokaka. Karena jaraknya yang relatif dekat dengan Kota Waikabubak yaitu sekitar 27 km, maka pada hari libur pantai ini menjadi alternatif utama bagi para wisatawan lokal yang ingin melepas penat sambil berenang, memancing dan berjemur matahari. Dari Waikabubak dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 1 jam perjalanan.
Pantai rua
3. Pantai Nihi Watu juga terletak di Wanokaka. Pantai yang terletak di desa nelayan kecil dan merupakan teempat dilaksanakannya upacara Nyale pada dini hari menjelang Pasola. Terletak 21 Km sebelah Selatan kota Waikabubak. Ombak di tempat ini merupakan salah satu yang tercepat di mana pun. Tidak diragukan kalau Nihiwatu merupakan salah satu pantai dengan ombak terbaik di Indonesia dan bahkan dunia. Tak hanya berselancar, tempat ini juga memungkinkan dinikmati untuk berbagai aktifitas mengasyikkan lain seperti mengendarai kuda di pantai, memancing, menyelam, mengamati burung, bersepeda gunung hingga trekking ke air terjun.
Pantai Nihi Watu
 4. Air terjun Laipopu terletak di desa Katiku Loku, Kec. Wanokaka, tepatnya di Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Air terjun yang berada di kawasan TNMT ini mempunyai keunggulan berupa keindahan dari lintasan air yang bertingkat-tingkat sehingga menebarkan butiran air ke berbagai arah. Debit air yang selalu stabil di sepanjang musim menyusun indahnya lumut dan tumbuhan yang menghijau di sekitar objek air terjun.
Air Terjun Laipopu
Hal yang dapat dilakukan adalah menikmati indahnya air terjun dengan berfoto, melakukan pijat air dan merasakan dinginnya air dengan mandi pada sekitar air terjun yang relatif aman bagi pengunjung.
Perjalanan menuju air terjun Laipopu ini memberikan tantangan tersendiri dimana setiap wisatawan yang akan mencapai objek ini dihadapkan pada jembatan gantung yang terbuat dari bambu, menyusuri lintasan berair dan melewati tegakan yang tersusun dari pohon-pohon berkayu. untuk mencapai Air Terjun Laipopu dapat ditempuh kurang lebih 45 menit dari pemukiman penduduk melalui trail yang variatif.
Potensi lain yang dapat dinikmati wisatawan adalah habitat burung kakatua, bentang sawah dan hasil kerajinan masyarakat Desa Katikuloku berupa kain tenun dan anyaman.
Akses menuju lokasi air terjun relatif mudah, dari Waikabubak dapat menuju Desa Katikuloku dengan angkutan umum selama kurang lebih 60 menit. Jalan yang dilalui berupa jalan aspal dan jalan perkerasan. Sedangkan wisatawan dari Kota Waingapu dapat melalui rute Waingapu-Waikabubak-Katikuloku dengan menggunakan jalan darat.

Keindahan Terumbu Karang Pulau Sumba

Keindahan Bawa Laut Sumba
Sumba adalah salasatu dari ribuan pulau di indonesia yang menyimpan berbagai keindahan yang tidak kalah dengan apa yang ada di daerah lain di Indonesia,Sumba memiliki beribu keindahan alam yang sangat banyak,seperti sebuah mutiara yang belum ditemukan keberadaannya,nuansa alam yang belum terganggu oleh suasana modern seperti yang terlihat di tempat lain,ada berbagai suguhan alami yang akan membuat kita terperangah dengan ketakjuban yang luar biasa,setiap langkah adalah keindahan yang terlihat,ia membutuhkan sentuhan kesempurnaan dari tangan kita.Alam yang begitu terbuka untuk sapa aja yang menawarkan berbagai sentuhannya,pegunungan,hamparan hutan yang luas dan padang rumput yang luas yang sejauh mata memandang,dengan berbagai hewan ternak peliharaan. Akan ada kedamaian batin disaat kita menginjakkan kaki di atas sabana yang lembut,alam yang sangat bersahabat untuk kita semua sangat membutuhkan sentuhan tangan orang yang berpikir memajukannya,akan terlihat gersang dan tandus jika tidak ada suatu keinginan untuk menjaga dan melestarikan yang sudah ada.Tidak kala penting yang akan terlihat hamparan laut yang memiliki ombak dengan suasana bersahabat dan pantai yang menjulur panjang dengan pasir putih yang berkilau,sesekali dengan riakan ombak kecil yang mengundang kita untuk segerah menginjakan kaki,merasakan persahabatan alam yang begitu menggoda tidak akan membiat kita menjadi lupa akan hal itu kelak disaat kita meninggalkan itu semua. Sungguh panggilan yang sangat bersahabat untuk bersahabat dengannya akan menimbulkan cinta kita kepada alam yang dengan ratusan bahasa asli daerah yang sudah disatukan dengan bahasa indonesia,dengan keramahan penduduk yang mengundang orang luar untuk menjadi teman dan sahabatnya,yang selalu rindu ada orang lain diantara dia,suatu kelebihan yang sangat beda dengan apa yang ada pada umumnya itulah yang di tawarkan sumba pada dunia luar termasuk anda semua. Akan ada tradisi tahunan disetiap tempat yang berbeda suguhan adat yang tidak perna ditemui di luar sumba,.Akan ada ucapan yang mengatakan dari hati bahwa ini adalah pulau seperti ptongan surga yang ada di bumi,karena tawaran kedamaian yang ada akan membuat siapa saja yang menginjakkan kaki tidak ingin beranjak lagi dari pulau yang mendapatkan julukan “Sandlewood” yang konon jaman dahulu sumba merupakan hutan cendana alami yang tumbuh,membuat para pencari harta atau penjajah ingin mengakuisisi indonesia karena salasatu harta alam yang tidak perna ada di belahan bumi manapun di dunia. Akan tetapi cendana merupakan hal kecil yang hilang yang menjadi sejarah, namun masih menyisahkan keindahan alam yang sangat fenomenal. Sumba akan menjadi salasatu inspirasi indonesia kelak yang menjadi pusat budaya dan wisata alam dunia yang tidak terkalahkan keindahannya…… marcell lamunde

Di Bali Ada Pantai Kuta, Di Sumba Ada Pantai Kita

Pantai Kita yang cocok dijadikan kawasan wisata utama Sumba
Siapa yang bisa tahan godaan pantai putih panjang dengan pasirnya yang halus. Gradasi warna birunya pasti mengundang siapapun untuk merasakan segarnya air laut. Ditambah segala kecantikan yang ada di bawah lautnya, pantai Kita pantas jadi primadonanya Sumba.
Segala potensi itulah yang bakal jadi modal pantai Kita untuk dijadikan kawasan wisata terpadu. Om Lauren pemilik hotel yang kami inapi bilang dalam 2 tahun pantai Kita akan jadi seperti Kuta di Bali. “Sekarang sudah mulai, lho pembangunannya” ujarnya. Sambil menunjukkan papan perencanaan pantai Kita, beliau menjelaskan masa depan pantai Kita. Ada 23 spot wisata yang akan bisa dinikmati di sana. Ada banana boat, bungy jumping, sea walking, parasailing, jetskiing, central park, snorkeling, sea world, beach club, kafe, golf, pusat budaya, floating village dan masih banyak lagi! Letaknya yang strategis dekat dengan bandara dan pelabuhan membuat para pengembang yakin kawasan ini akan mendatangkan banyak wisatawan.
Saat Tim NTT 1 mengetes keindahan pantai Kita, kami benar-benar takjub dengan keindahan pantai ini. Kami coba naik ke salah satu bangunan setengah jadi yang nampaknya akan jadi restoran. Dari atas terlihat garis panjang putih kontras dengan birunya laut yang segar.
Sumba memang strategis untuk dijadikan kawasan pariwisata. Banyak sekali operator liveaboard di Bali yang menawarkan perjalanan laut ke Flores dan Sumba. Biasanya yang tertarik dengan fasilitas ini para bule. Tak jarang mereka habiskan 1 bulan untuk berlayar keliing NTT. Sayangnya infrastruktur yang belum bagus membuat para tamu hanya sekadar mampir sebentar. Padahal banyak sekali pantai dan kampung megalitik yang bisa dieksplor keindahannya.
Sebentar lagi Pantai Kita akan jadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar Sumba. “Kekayaan” laut akan dinikmati oleh para investor, pengunjung maupun penduduk lokal. Asalkan pengelolaannya baik dan tidak “rakus” dalam mengeruk potensi alam.
Kecantikan Sumba memang belum bersinar seperti Bali, yang sudah cukup sesak akibat pemusatan pariwisata. Nah sekarang yuk kita lirik Sumba.

Pulau Sumba, Wisata Tradisional di Tengah Modernitas


INGIN melihat keaslian perkampungan tua di zaman modern ini? Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) tempatnya. Sumba memberikan panorama kontras yang unik.
Di satu sisi, tawaran dunia modern tak terelakkan dan terpaksa berhadapan dengan warisan tradisi masa lalu yang sangat kental di sisi yang lain.
Sumba ternyata bukan sekadar padang sabana, yang akrab dengan ringkikan kuda sandel. Juga, bukan sekadar menawan mata ketika kaum pria mempertontonkan kemahiran berkuda, dengan tubuh duduk tegap di punggung kuda mengiring ternak gembalaannya.
Pulau yang dikenal sebagai Pulau Sandelwood ini menyimpan situasi kontras yang tampak di Waikabubak, Ibukota Kabupaten Sumba Barat. Sepintas, kota ini tak berbeda dengan kota kabupaten lain di NTT. Sejumlah ruas jalan sudah licin berlapis hotmix, yang meliuk-liuk di bawah perbukitan. Namun, kalau kaki berbelok arah untuk menapaki bukit, di sana akan ditemui kehidupan dengan deretan rumah tradisional yang seolah tak terjangkau perubahan zaman.
Di kota ini, ada sejumlah kampung tua yang bisa dinikmati keasliannya, seperti Kampung Tarung, Tambelar, Desa Elu, Bodo Ede, dan Kampung Paletelolu. Kampung Tarung, misalnya, merupakan kampung tua yang terletak persis di jantung kota. Sama dengan yang lain, kampung ini dipenuhi dengan deretan rumah menara beratap ilalang, rumah tradisional khas Sumba.

Rumah tradisional Sumba terdiri dari tiga bagian. Lantai paling dasar merupakan kandang ternak (kuda). Kemudian, lantai dua merupakan tempat keluarga, tempat tidur dan perapian terletak persis di bagian tengah. Sedangkan, bagian menara merupakan gudang atau tempat menyimpan persediaan pangan.
Nuansa masa lalu kian sempurna ketika rumah tradisional itu berpadu dengan kuburan batu, yang mengingatkan kehidupan masa megalitikum—zaman batu besar—salah satu babak zaman prasejarah. Tak salah lagi, Sumba merupakan sorga bagi peneliti megalit.
Di setiap sudut kota dan kampung begitu mudah Anda menemukan menhir—batu besar seperti tiang atau tugu yang ditegakkan di tanah, sebagai tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang. Begitu juga dolmen—monumen prasejarah berupa meja batu datar yang ditopang tiang batu, dalam berbagai ukuran sangat mudah dijumpai di setiap kampung.
Berbagai ornamen masa lalu itu tidaklah berdiri sendiri, melainkan terkait erat kehidupan sebagian masyarakat Sumba yang menganut agama tradisional Marapu. Marapu merupakan agama asli orang Sumba sebelum disentuh pengaruh agama Kristen. Kini, komunitas Marapu semakin terdesak seiring tak ada jaminan dari negara akan eksistensi dari keyakinan di luar enam agama resmi negara.
Meski tanpa pengakuan dari negara, komunitas Marapu tetap eksis dalam menjalankan upacara keagamaan, termasuk upacara kelahiran, perkawinan, kematian, dan syukuran. Bahkan, komunitas Marapu di wilayah Kota Waikabubak mengenal adanya wula podu (bulan suci) selama satu bulan sekitar Oktober dan November setiap tahun.
Upacara perkawinan tidak kalah menyimpan daya tarik. Namun, ini membutuhkan keberuntungan wisatawan untuk menyaksikan upacara perkawinan, terutama ketika terjadi pembicaraan mengenai belis (mas kawin). Sebab, belis dalam rupa ternak itu bisa mencapai puluhan ekor kuda, kerbau dan sapi yang harus diserahkan ke keluarga perempuan. Apalagi, kalau perkawinan itu melibatkan kaum “darah biru”.
Selain upacara wula podu, komunitas Marapu di Sumba Barat juga mempunyai upacara adat pasola, yang sangat atraktif. Sama dengan wula podu, pagelaran pasola dilakukan berdasarkan perhitungan kaum tetua adat. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi wisatawan untuk merencanakan perjalanan.
Pasola merupakan perang berkuda yang melibatkan dua kelompok besar pasukan berkuda dan saling menyerang dengan senjata lembing kayu. Pasola digelar sekali dalam setahun, antara Pebruari dan Maret di empat wilayah di Sumba Barat, yakni di Wanokaka, Lamboya, Gaura dan Kecamatan Kodi.
Kecuali wula podu dan pasola, upacara kematian juga menyimpan pesona budaya tersendiri. Seseorang yang meninggal dunia, tidak akan serta merta dikuburkan. Tapi, bisa dibiarkan antara tiga sampai satu pekan di rumah sebelum dimakamkan. Setiap hari, keluarga duka harus menjamu tamu yang melayat dengan makanan dan minuman.

Pulau Sumba sesungguhnya bukan hanya menawarkan wisata budaya. Pesona alamnya pun tak kalah memikat. Setelah letih menyaksikan objek budaya, wisatawan bisa menyegarkan diri dengan menyaksikan air terjun di Weikelo Sawah, sekitar 9 km dari Waikabubak. Air terjun yang pernah dimanfaatkan sebagai sumber listrik itu menawarkan panorama yang alami, dengan sumber air dari gua yang cukup besar.

Sumber : http://lamunde22.wordpress.com

7 Pantai dan Pulau Paling Seksi di Asia


Bagi pencinta pantai, tentu Anda akan merasa senang jika sedang berada di sebuah pulau yang memiliki pantai pasir putih yang indah, ditaburi pemandangan alam sangat eksotis.
Nah, diantara eksotisme alam wisata Asia, berikut beberapa pulau dan pantai paling ‘seksi di Asia yang bisa menjadi referensi tempat berlibur Anda bersama keluarga.
1. Pantai Nihiwatu, Sumba
Pemandangan Pantai Nihiwatu dan resornya di Sumba. Foto dari Nihiwatu Resort. Sekitar 400 kilometer timur dari Bali, di barat daya Pulau Sumba, pantai sepi ini menjadi tujuan populer para peselancar yang datang ke sini untuk menaiki ombak yang dikenal sebagai God’s Left.
Tapi saat mereka selesai berselancar di sore hari, pantai sepanjang 2,5 km itu akan menjadi milik Anda.
2. Godellawela bay, Srilangka
Terletak di pantai selatan Sri Lanka, oleh orang lokal, Pantai Godellawela disebut Pantai Mimpi. Di pantai ini, terdapat pasir putih yang memanjang, gelombang rendah, dan air sejenih kristal sepanjang mata memandang.
Di tepi pantai terdapat pohon kelapa dan tebing berbatu-batu, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu teluk paling tertutup di pulau.
3. Bai sao Phu quoc, Vietnam
Bai Sao, atau biasanya dikenal sebagai Star Beach ini terletak di tenggara Phu Quoc, pulau terbesar di Vietnam. Sekitar 50 km dari pulau utama, di Tanjung Thailand-Bai Sao, pasir-pasir lembut akan menjorok ke perairan yang dangkal dan berwarna hijau-biru dan hangat sepanjang tahun.
4. Luhuitou, Pulau Hainan Cina
Pulau Hainan terletak di provinsi paling selatan Cina, biasanya terkenal karena resort Pantai Yalong. Tapi di dekat situ terdapat Pantai Luhuitou menarik perhatian karena pasir putihnya yang tidak dikunjungi orang.
Pantai di kaki bukit ini menawarkan perairan yang tenang dan jernih, serta beberapa lokasi penyelaman terbaik di pulau ini.
5. Landaa Giraavaru, Maladewa
Lautan warna azur yang mengelililingi pulau seluas 18 hektare di Atoll Baa ini menjadi berwarna-warni karena ikan giru dan oriental sweetlips. Tempat ini bisa dicapai dengan penerbangan pesawat kecil selama 45 menit dari bandara internasional.
Dari sekitar 1.190 pulau terumbu karang Maladewa, Landaa Giraavaru adalah yang paling romantis karena warna pasir dan bentuknya yang berubah dari matahari terbit hingga terbenam.
6. Pantai Kenting, Taiwan
Pantai ini terletak di ujung selatan Taiwan dan dikelilingi oleh perkebunan tebu, pisang dan pohon kelapa, serta hutan hujan. Pantai Kenting adalah lokasi liburan yang populer. Tapi jika Anda datang di waktu yang tepat, pantai ini bisa menjadi milik Anda sendiri.
7. Pantai Siargao, Filipina
Pulau Siargao, sebuah pulau kecil sekitar 800 km tenggara Manila, adalah satu lagi tujuan rutin para peselancar. Ombak di Cloud 9, titik yang menawarkan ombak ganas lepas pantai ini, adalah yang terbaik di Filipina, dan pasir putihnya sangat halus seperti bubuk.

MARAPU Kepercayaan Orang Sumba

Marapu adalah sebuah aliran kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba. Aliran ini ini merupakan kepercayaan yang memuja nenek moyang dan leluhur. Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk aliran kepercayaan ini
Pemeluk aliran kepercayaan ini percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal, di dunia roh, di surga Marapu, yang dikenal sebagai Prai Marapu.Agama Marapu adalah “kepercayaan asli” yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Adapun yang dimaksud dengan aliran kepercayaan Marapu ialah sistem keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan arwah-arwah leluhur (ancestor worship). Dalam bahasa Sumba arwah-arwah leluhur disebut Marapu , berarti “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Karena itu kepercayaan yang mereka anut disebut Marapu pula. Marapu ini banyak sekali jumlahnya dan ada susunannya secara hirarki yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu. Marapu ialah arwah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu (keluarga luas, clan), sedangkan Marapu Ratu ialah marapu yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu lainnya, jadi merupakan marapu yang mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kehadiran para marapu di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu. Lambang-lambang suci itu disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu. Walaupun mempunyai banyak Marapu yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Yang Maha Pencipta. Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur itu sendiri, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa.

Pulau Mangudu ( Sumba Timur )

Pulau Mangudu adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Hindia dan berbatasan dengan negara Australia. Pulau Mangudu ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini berada di sebelah selatan dari pulau Sumba dengan koordinat 10° 20′ 8″ LS, 120° 5′ 56″ BT, termasuk wilayah kecamatan Karera.
Pulau ini ditumbuhi alang-alang dan beberapa kumpulan pohon keras ini pernah dikelola oleh seorang pebisnis pariwisata dari Australia, karena eloknya pulau tersebut dan ciri gelombangnya sangat nyaman untuk selancar.. sekarang kepemilikan asing sudah kembali kepada pemda, sehingga pulau ini sekarang kosong. Pulau mangudu bisa dijangkau dari Dusun Katunduh dengan perahu yang dimiliki haji Daeng menjadi urat nadi transportasi antara pulau kotak dan lahaluru dengan daratan Sumba.
Dengan perahu yang berukuran cukup besar itu, masyarakat pulau Labaluru bisa membawa hasil laut dan kebun mereka untuk dijual di sumba. begitu pula untuk menjangkau Pulau Mangudu dari katunduh, perahu Haji Daeng menjadi satu-satunya alternatif transportasi ke pulau itu

Pantai Konda Maloba Sumba

Di pantai ini, juga menyimpan misteri sebuah batu kubur pada pulau kecil yang berada kurang lebih 2 mil dari pantai itu. Kubur yang disebut ‘Kubur Appu Ladu’ (nenek matahari), ini belum banyak orang yang tahu. Untuk menikmati indahnya panorama alam dengan deburan ombak yang memutih, kita bisa mengikuti jalur jalan Taman Mas, lokasi pemukiman masyarakat adat terpencil, juga melalui Pantai Wanokaka, di Kabupaten Sumba Barat.
Laut yang tenang dengan air laut yang jernih, menjadi tempat bermain berbagai jenis ikan. Gargahing, kerapu merah dan putih serta berbagai jenis ikan lain terdapat di lautan itu. Di pantai itu terdapat rumah-rumah kecil milik nelayan asal Ende serta sebuah lopo permanen milik Kongwi, seorang pengusaha asal Sumba Barat yang mania pancing.

Air Terjun Matayangu(sumba NTT)

Bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja? Air Terjun Matayangu mencoba untuk memberikan suasana yang berbeda. Air terjun ini berada di Desa Waimanu, Kecamatan Katikutana, Nusa Tenggara Timur. Air terjun ini masih sangat asri dan jarang dieksplor oleh manusia.
Masyarakat sekitar yang juga sangat memelihara alam sebagaimana adanya sehingga memberikan daya tarik natural yang sangat memesona dengan gemuruh air terjun bagaikan mutiara putih yang berkilau diterpa matahari siang. Kicauan burung-burung dan dedaunan yang ditiup angin akan membuat Anda merasa nyaman dan betah untuk menikmati suasana air terjun sambil berenang di kolam dengan hempasan air dari puncak tebing.
Suasana hutan musim semi dan tebing-tebing yang terjal dapat Anda saksikan jika Anda berkunjung ke objek wisata ini. Wajar saja, Air Terjun Matayangu terletak di dalam Taman Nasional Manupeu. Jika beruntung, Anda akan melihat berbagai kupu-kupu yang indah. Sebab, di taman nasional ini memang terdapat 57 jenis kupu-kupu termasuk tujuh endemik Pulau Sumba, yaitu Papilio Neumoegenii, Ideopsis Oberthurii, Delias Fasciata, Junonia Adulatrix,Athyma Karita, Sumalia Chilo, dan Elimnia Amoena.
Kurang puas dengan air terjunnya, Anda juga bisa berjalan-jalan mengelilingi taman nasional seluass 88.000 hektar ini. Terlalu luasnya, mungkin Anda tidak akan bisa menyaksikan seluruh keindahan taman nasional beserta air terjunnya dalam waktu satu hari.
Waktu terbaik yang disarankan untuk mengunjungi taman nasional ini adalah bulan Maret sampai Juni dan Oktober sampai Desember. Sebab, di bulan itu lah air terjun akan memuntahkan air dengan debit yang maksimal.
Untuk mencapai taman nasional ini, Anda bisa melalui rute yang biasa digunakan oleh para wisatawan. Perjalanan di awali dengan menggunakan pesawat terbang dari Kupang menuju Waingapu sekitar 1 jam. Lalu, dari Waingapu menuju ke Waikabubak dengan kendaraan roda empat selama sekitar 2 jam.
Keramahan dan kehangatan warga sekitar dan keindahan alam serta ekosistem di dalamnya sangat menarik untuk dikunjungi. Tunggu apa lagi? Jadikan Air Terjun Matayangu di agenda liburan Anda!

Ayo ke pulau Sumba

Wisata Sumba
Pulau Sumba dapat dicapai melalui udara lewat dua bandaranya. Bandar udara Tambolaka di Sumba Barat Daya dan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur.
Penerbangan dilayani setiap hari oleh Merpati, Batavia dan Transnusa. Dari Jakarta pesawat akan transit di Denpasar, Bali sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau ini. Penerbangan oleh Merpati bertujuan akhir ke Kupang, dengan jalur Denpasar-Tambolaka-Waingapu-Kupang dan sebaliknya. Perjalanan udara dari Tambolaka ke Waingapu memakan waktu kurang dari 10 menit, saat yang tepat untuk mengamati Sumba dari udara.
Pulau ini juga bisa dicapai melalui laut dari pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Transportasi
Jangan lupa membawa peta pulau maupun peta kota untuk memperkirakan jarak dan lokasi. Peta dapat diunduh dari beberapa situs panduan perjalanan.
Kondisi jalan utama yang menghubungkan kota-kota utama di Sumba sudah relatif baik. Jalan-jalan yang lebih kecil masih banyak mengalami kerusakan, berlubang dan berlumpur saat hujan. Ada beberapa jembatan yang masih dalam perbaikan sehingga pengendara kendaraan bermotor harus menyeberangi sungai.
Transportasi umum tersedia pada jalur-jalur utama. Angkutan antar kota menggunakan mobil elf, biasanya sangat penuh sampai penumpang bergelantungan di pintu dan atap mobil. Jalur menuju daerah yang lebih terpencil dilayani oleh beberapa truk dengan jadwal tak menentu.
Dua kota besarnya, Waingapu dan Waikabubak dapat dicapai dengan travel seharga Rp 50 ribu dengan waktu tempuh 5 jam. Travel akan menjemput dan mengantar penumpang ke tempat tujuan.
Pengelola hotel biasanya bisa membantu mencari motor maupun mobil yang disewakan. Tarif penyewaan motor lengkap dengan pemandu Rp 200 ribu. Adapun tarif sewa mobil mulai Rp 400 ribu.
Kuliner dan suvenir
Hampir tidak ada makanan khas yang dijual di Sumba. Ditambah lagi, jarang sekali ada warung yang menjual makanan. Tempat makan hanya ada di pusat kota. Meski sebagian besar penduduk beragama Kristen, makanan halal dapat diperoleh dengan mudah. Jika ingin pergi jauh seharian ke daerah terpencil, sangat disarankan untuk membawa bekal dari kota.
Oleh-oleh khas Sumba adalah ikat tenun. Beberapa kampung adat juga merupakan penghasil ikat tenun terbaik. Sempatkan melihat proses tenun dan pewarnaan dengan menggunakan bahan alami yang didapat dari alam. Motif tenunan berbeda di masing-masing daerah. Sumba barat punya tenunan bermotif lebih sederhana dari Sumba Timur.

Penginapan
Ada beberapa pilihan penginapan murah seharga Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu, terutama di ibukota kabupaten. Biasanya hotel juga menyediakan transportasi dari dan menuju bandara. Ada pula pilihan untuk menginap di resort berbintang seperti Nihiwatu di Sumba Barat.
Pilihan waktu terbaik
Wisatawan yang berkunjung pada musim hujan akan bertemu Sumba yang hijau, basah dan bersyukur atas hujan. Padang sabana terbentang seperti karpet hijau sejauh mata memandang.
Mengunjungi Sumba pada musim hujan artinya harus siap menembus jalan yang berubah menjadi kolam berlumpur. Pada umumnya kondisi jalan utama Sumba sudah cukup bagus. Namun untuk menuju pantai maupun kampung adat di pedalaman, perjalanan harus melewati jalan tanah yang akan becek ketika hujan turun.
Tak demikian keadaannya pada musim kemarau. Saat itu padang hijau akan diganti warna cokelat karena rumput kekeringan. Sumba memang masyhur dengan cuacanya yang panas dan kering. Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul Beri Aku Sumba menceritakan Sumba sebagai “cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari.”
Saat musim panas, transportasi menuju tempat terpencil lebih mudah. Langit nampak biru dengan malam penuh bintang sehingga memungkinkan petualangan di alam bebas seperti hiking atau berkemah.

Upacara adat
Selain memperhitungkan cuaca, waktu terbaik untuk melakukan perjalanan di pulau ini adalah saat digelarnya upacara adat. Upacara yang sayang untuk dilewatkan adalah Pasola, “perang” dua pasukan berkuda dengan cara melempar lembing dari atas kuda.
Upacara adat Pasola digelar empat kali setahun di empat tempat berbeda, biasanya pada Februari dan Maret. Hanya pemuka adat yang bisa menentukan kapan tanggal pasti Pasola digelar, karena upacara ini harus dilakukan bertepatan dengan munculnya cacing Nyale dari laut.
Upacara dimulai sejak dini hari dengan kegiatan mencari nyale di pantai. Sesudahnya barulah para rato bersiap di atas kuda, tanpa pelana. Pasola merupakan kegiatan yang berisiko tinggi karena melibatkan . Peserta Pasola tak takut darah yang tumpah. Luka dianggap biasa dan kematian tak menyisakan dendam.
Adapun pada bulan Oktober atau November terdapat upacara penutupan Wula Podu di Waikabubak, Sumba Barat. Wula podu adalah bulan larangan yang berlaku di Kampung Tarung, Prai Klembung dan Waitabar. Pada bulan larangan para penghuni kampung banyak dilarang melakukan berbagai kegiatan – bahkan tak boleh menangisi keluarga yang meninggal. Pada akhir Wula Podu penduduk mengadakan pesta adat yang sangat meriah dengan korban binatang dan tari-tarian.
Upacara pemakaman juga menjadi atraksi menarik bagi para turis. Pemeluk kepercayaan Marapu percaya bahwa orang mati membutuhkan bekal untuk pergi ke alamnya. Jenazah akan dibungkus dengan berlapis-lapis kain tenun, diiringi dengan penyembelihan korban hewan dalam jumlah banyak. Puluhan kerbau, puluhan babi dan ratusan ayam dipercaya bisa menjadi bekal almarhum menjadi roh penghuni Marapu.
Semua upacara ini tidak diadakan secara teratur menurut kalender masehi. Untuk mengetahui kapan upacara-upacara ini diadakan, sebaiknya hubungi biro perjalanan maupun hotel sebelum merencanakan perjalanan.

Upacara Adat Pasola dan Asal Usulnya (B)

Kelanjutan dari postingan sebelumnya bahwa asal usul dari Pasola ini berasal dari skandal janda yang cantik yang terjerat dalam asmara dan saling berjanji dengan Rda Gaiparona menjadi kekasih, Namun adat tidak menghendaki perkawinan mereka. Karena itu sepasang anak manusia yang tak mampu memendam rindu asmara ini nekat melakukan kawin lari. Janda cantik jelita Rabu Kaba diboyong sang gatot kaca Teda Gaiparona ke kampung halamannya. Sementara ketiga pemimpin warga Waiwuang kembali ke kampung. Warga Waiwuang menyambutnya dengan penuh sukacita.
Tetapi mendung duka tak dapat dibendung tatkala Umbu Dulla menanyakan perihal istrinya. ‘Yang mulia Sri Ratu telah dilarikan Teda Gaiparona ke Kampung Kodi,’ jawab warga Waiwulang pilu. Lalu seluruh warga Waiwulang dikerahkan untuk mencari dua sejoli yang mabuk kepayang itu. Keduanya ditemukan di kaki gunung Bodu Hula.
Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang di kaki gunung Bodu Hula namun Rabu Kaba yang telah meneguk madu asmara Teda Gaiparona dan tidak ingin kembali. Ia meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona.
Pada akhir pesta pernikahan keluarga, Teda Gaiparona berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik Rabu Kaba. Atas dasar hikayat ini, setiap tahun warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka Sumba Barat mengadakan bulan (wula) nyale dan pesta pasola.
Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat Sumba Barat menjadikan pasola tidak sekadar keramaian insani dan menjadi terminal pengasong keseharian penduduk. Tetapi menjadi satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola adalah perintah para leluhur untuk dijadikan penduduk pemeluk Marapu. Karena itu pasola pada tempat yang pertama adalah kultus religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu.
Dari komentar sahabat apakah upacara adat pasola ini akan menjadikan sebuah tawuran massal, tentu tidak bahkan setelah upacara ini tidak ada rasa dendam sama sekali, jikalau ada yang terluka para pemuda menyadari itu merupakan balasan dari kesalahan oleh tuhannya.
Sedangkan sebulan sebelum hari H pelaksanaan pasola sudah dimaklumkan bulan pentahiran bagi setiap warga Paraingu dan pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur sangat berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panenan. Bila terjadi kematian yang disebabkan oleh permainan pasola, dipandang sebagai bukti pelanggaran atas norma adat yang berlaku, termasuk bulan pentahiran menjelang pasola.
Pada tempat kedua, pasola merupakan satu bentuk penyelesaian krisis suku melalui `bellum pacificum’ perang damai dalam permainan pasola. Peristiwa minggatnya janda Rabu Kaba dari Keluarga Waiwuang ke keluarga Kodi dan beralih status dari istri Umbu Dulla menjadi istri Teda Gaiparona bukanlah peristiwa nikmat. Tetapi peristiwa yang sangat menyakitkan dan tamparan telak di muka keluarga Waiwuang dan terutama Umbu Dulla yang punya istri. Keluarga Waiwuang sudah pasti berang besar dan siap melumat habis keluarga Kodi terutama Teda Gaiparona.
Keluarga Kodi sudah menyadari bencana itu. Lalu mencari jalan penyelesaian dengan menjadikan seremoni nyale yang langsung berpautan dengan inti penyembahan kepada arwah leluhur untuk memohon doa restu bagi kesuburan dan sukses panen, sebagai keramaian bersama untuk melupakan kesedihan karena ditinggalkan Rabu Kaba. Pada tempat ketiga, pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum. Permainan jenis apa pun termasuk pasola selalu menjadi sarana sosial ampuh. Apalagi bagi kedua kabisu yang terlibat secara langsung dalam pasola.
Selama pasola berlangsung semua peserta, kelompok pendukung dan penonton diajak untuk tertawa bersama, bergembira bersama dan bersorak-sorai bersama sambil menyaksikan ketangkasan para pemain dan ringkik pekikan gadis-gadis pendukung kubu masing-masing. Karena itu pasola menjadi terminal pengasong keseharian penduduk dan tempat menjalin persahabatan dan persaudaraan. Sebagai sebuah pentas budaya sudah pasti pasola mempunyai pesona daya tarik yang sangat memukau.

Upacara Adat Pasola dan Asal Usulnya (A)

Upacara adat Pasola ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisionil yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat ini dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul.
Walaupun tombak tersebut tumpul, pasola kadang-kadang memakan korban bahkan korban jiwa. Tapi tidak ada dendam dalam pasola, kalau masih penasaran silakan tunggu sampai pasola tahun depannya. Kalau ada korban dalam pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.
Pasola berasal dari kata `sola’ atau `hola’, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa’ (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan.
Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum.
Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabius yang harus menguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar lembing (hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta nyale.
Menelusuri asal-usulnya, pasola berasal dari skandal janda cantik jelita, Rabu Kaba sebagaimana dikisahkan dalam hikayat orang Waiwuang. Alkisah ada tiga bersaudara: Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu Dula memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka hendak melaut. Tapi nyatanya mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah dinanti sekian lama dan dicari kian ke mari tidak membuahkan hasil, warga Waiwuang merasa yakin bahwa tiga bersaudara pemimpin mereka itu telah tiada. Mereka pun mengadakan perkabungan dengan belasungkawa atas kepergian kematian para pemimpin mereka.
Dalam kedukaan maha dahsyat itu, janda cantik jelita `almarhum’ Umbu Dulla, Rabu Kaba mendapat lapangan hati Rda Gaiparona, si gatotkaca asal Kampung Kodi. Mereka terjerat dalam asmara dan saling berjanji menjadi kekasih.

Budaya Sumba(NTT)


FloresNews.com – Kampung adat di Sumba diyakini sebagai kampung para leluhur. Kampung ini memiliki kekuatan supernatural. Segala kegiatan yang melibatkan warga berawal dari rumah kepala kampung yang disebut rumah rato yang terletak di tengah kampung. Rumah adat itu ibarat ”jantung” kehidupan warga Sumba.
Di tengah dan pinggir kampung terdapat kubur batu megalitik. Batu-batu untuk penguburan leluhur ini diambil dari batu alam asli. Batu-batu itu berbentuk ceper tak beraturan, berlumut dan kehitaman. Di atas batu tersebut diletakkan sirih, kapur, dan pinang untuk leluhur. Batu-batu ini adalah kuburan leluhur yang meninggal ratusan tahun silam.
Tidak semua orang boleh menginjakkan kaki atau berada di atas batu-batu ceper yang berukuran sedang di tengah kampung ini. Para tamu pun tidak boleh sembarangan mengambil gambar di lokasi tersebut.
Setiap tamu wajib memberi upeti (uang) kepada rato. Uang diletakkan di dalam tempat khusus sirih pinang. Jumlah uang tergantung tamu. Setelah itu, tamu boleh berbicara dengan rato, didampingi istri rato dan sesepuh adat kampung.
Kepala Kampung juga ketua adat disebut Rato Nale (Nyale). Rato artinya raja (penguasa), nale (nyale) artinya cacing (ikan) laut. Rato Nale dari Kampung Bukabhani, Kecamatan Kodi, Sumba, bernama Nggeru Ndongu (78).
Rumah sakral
Ditemui di kampung adat Bukabhani, Senin (28/2/2011), Ndongu mengatakan, kampung adat adalah tempat tinggal para leluhur. Kehadiran mereka ditandai dengan batu ceper asli (alamiah) menyerupai meja, dengan penopang tiga tiang batu atau gundukan batu lain.
”Di dalam tanah, persis di bawah meja batu ini, terdapat tulang belulang berusia ratusan tahun. Tidak hanya itu, hampir seluruh bagian bawah tanah di kampung yang berukuran 100 meter x 200 meter ini terdapat tulang manusia. Tempat ini sangat keramat,” kata Ndongu.
Semua jenis tumbuhan dalam kampung diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan. Jika ada warga kampung sakit, terluka saat upacara pasola di lapangan, digosok dengan serat batang tumbuhan atau daun itu.
Rumah rato disebut juga rumah nale. Rumah itu ibarat ”rumah sakit” warga kampung. Jika ada warga kampung yang sakit berat, ibu sulit melahirkan, warga kampung ingin bepergian jauh, pembahasan upacara pernikahan, dan perang antarkampung harus dilakukan di rumah rato itu.
Bibit padi, jagung, kacang, atau tanaman lain disimpan di bagian loteng, tempat tinggal para leluhur atau merapu. Bibit ini mendapat berkat dari leluhur agar menghasilkan buah yang berlimpah untuk kesejahteraan warga.
Kubur batu yang mengelilingi kampung adat sebagai lambang perlindungan leluhur. Sampai 1950-an selalu terjadi perang antarsuku (kampung). Perang itu melibatkan fisik, juga menyertakan kekuatan gaib antarleluhur kampung. Di sini, hubungan harmonis dan kedekatan dengan leluhur sangat menentukan.
Pelaksanaan pasola (perang tanding dua kelompok suku) selalu mendapat petunjuk leluhur. Itu diawali dengan munculnya nale. Kehadiran nale dipadukan dengan mimpi sang rato dan posisi bulan, tepat tegak di atas rumah adat rato itu.
Setiap bahan bangunan dari kampung adat diambil dari hutan. Tidak boleh menggunakan paku, seng, besi, atau semen. Tiap bahan bangunan yang diambil mendapat izin dari leluhur agar rumah itu tak mendatangkan bencana bagi penghuninya. Meski memiliki ketinggian sampai 30 meter, rumah-rumah itu tidak ambruk diterjang angin kencang.
Rumah rato memiliki tiga tiang utama yang disebut tiang payanu, simbol norma dan hukum (keadilan), ”mataku” simbol keadilan, matangu uhu wei manu, simbol kesejahteraan di bidang pertanian dan peternakan. Kepemimpinan rato harus mencerminkan norma hukum, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan warga.
Menara rumah disebut kawuku uma atau hindi marapu, tempat tinggal para arwah leluhur, anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Di puncak ini disimpan arca-arca leluhur, harta benda, dan benda purbakala yang memiliki nilai mitis magis.
Bukabhani merupakan kampung adat tertua di Sumba Barat Daya (SBD). Rato Nggeru Ndongu sebagai pemimpin semua rato dari sejumlah kampung adat. Ia memiliki kemampuan khusus, seperti meramal suatu peristiwa yang bakal terjadi, atau membaca tanda-tanda alam.
Berangsur sirna
Sampai 1970-an, kampung adat Bukabhani diyakini sebagai kampung terkeramat, dipercaya memiliki kekuatan supernatural. Bayangan para tamu dari luar tidak boleh menyentuh kubur batu yang berserakan di kampung adat itu. Sang rato harus membacakan doa (mantra) sebelum tamu-tamu masuk kampung. Jika tidak, sang tamu akan mendapat celaka setelah pulang.
”Perkembangan modern perlahan-lahan menggeser nilai-nilai mitis magis dari kampung ini. Sekarang, anak muda sulit diatur, terutama mereka yang sudah pergi ke kota besar atau menyebut diri sebagai pelajar atau mahasiswa. Mereka tidak peduli terhadap segala kepercayaan yang dianut orangtua di kampung,” kata Ndongu.
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Atedalo, Kecamatan Kodi, SBD, Robert Ranggamone, mengatakan, dalam urusan adat, pemerintah desa selalu bergantung pada rato. Di Desa Atedalo terdapat dua kampung adat, yakni Bukabhani dan Tossi. Bukabhani merupakan kampung adat tertua di seluruh SBD, bahkan Sumba.
”Penyelenggaraan pasola baik di Sumba Barat maupun SBD selalu mendengar masukan dari Rato Bukabhani,” katanya.
Di Sumba Timur, tradisi pasola sudah lenyap puluhan tahun silam setelah agama Kristen masuk. Di Sumba Barat Daya dan Sumba Barat, budaya pasola masih hidup karena agama Katolik memberi kesempatan bagi budaya lokal untuk tumbuh dan berkembang.
Moses Wakar (23), warga kampung Bukabhani, menuturkan, kekuatan gaib yang diperlihatkan para leluhur makin sirna tahun demi tahun. Itu dikarenakan perkembangan zaman dan sikap generasi muda yang kurang perhatian terhadap adat.
”Upacara pasola, pemerintah sudah mengambil alih dengan alasan demi pariwisata. Sejumlah nilai budaya dan tradisi lokal diabaikan, seperti penentuan hari dan tanggal pelaksanaan pasola. Di Wanokaka, misalnya, pasola biasanya diselenggarakan bulan Maret, tetapi kini malah sudah diselenggarakan pada bulan Februari,” kata Wakar.(kornelis kewa ama/kps)

Pariwisata Alam Yang Jarang Dikunjungi

Indonesia memiliki tempat-tempat yang sangat indah dan dapat dijadikan sebagai tempat menenangkan diri bagi siapa saja yang merasakan setres akibat aktivitas yang sangat berat atau untuk menghilangkan rasa kelelahan dalam tubuh kita. Berikut ini tempat-tempat terindah di Indonesia yang jarang dikunjungi.
  
Curug Malela (Bandung Barat)
               Curug Malela merupakan objek wisatan di Kota Bandung bagian barat, Curug Malela ini menjadi objek wisata bagi pelancong dan wisatawan mancanegara atau pun wisatawan asing, wisata ini merupakan objek air terjun yang sangat indah dan sangat alami.
 Pulau Belitung (Bangka Belitung)
               Pulau indah ini berada di Bangka Belitung, pulau indah ini di kelilingi dengan pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya, pulau Belitunh ini memiliki air laut yang jernih dan airnya sejuk dan bersih, dengan pasir putih asli dan di hiasi batu-batu granik.
 Pegunungan Karst Bantingmurung (Sulewesi Selatan)
               Taman Nasional Bantingmurung memiliki mata air yang tidak pernah kering walau pun di musim kemarau, Taman Nasional Bantingmurung memilki banyak flaura dan fauna terutama kupu-kupu banyak terdapat di sini dan juga memilki karst yang sangat panjang.
Pulau Gangga (Sulewesi Utara)
               Pulau Gangga terletak diujung utara pulau sulewesi. Pulau Gangga jauh lebih cantik dibandingkan pulau bunaken yang juga ada di Sulewesi Utara. Pada saat pagi siang sore dan malam nikma untuk berenang sebab lautnya tak berombak. Pemandangan saat matahari terbenam sangat luar biasa indahnya, seluruh langit warna orange kemerahan dan menyatuh pada air laut yang keemasan.
Pantai Retenggaro Sumba (NTT)
               Sumba, sebuah pulau yang hampir seluas Bali yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, pulau ini jarang dikunjungi oleh pariwisata sebab belum terjamah pariwisata. Pantai ini sangat bagus sepi dan bersih. Pantai ini dikelilingi tebing batu rendah dan masih tersisa kuburan batu megalitik, pantai ini tepat berada dimuara sungai yang berair biru dan beralas pasir.
Pantai Pulau Menjangan (Bali)
               Dipulau Menjangan sebenarnya terletak dibagian barat laut Bali dekat dengan Banyuwangi, pulau ini pasirnya putih, airnya biru jernih, terumbu karang yang sehat dan cocok untuk tempat diving yang baik.
 Pantai Kepulauan Lombok Timur (NTB)
               Tidak banyak yang tahu tentang Lombok Timur yang memiliki terumbu karang yang dapat terlihat jelas dari atas kapal, air laut yang jernih, menghadap kedepan terhampar pemandangan kaki gunung rinjani.

Wisata di Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur (NTT) boleh jadi terbelakang dalam aspek pembangunan.. Tapi dalam aspek pariwisata NTT sekarang menjadi Icon Indonesia di dunia Internasional. Berikut sekilas tempat wisata dari pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur.
1. Pulau Timor
Di Pulau Timor inilah terletak ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur yakni Kota Kupang. Di Pulau Timor terdapat berbagai macam tempat wisata laut maupun wisata budaya. Dalam artikel ini saya akan membahas tempat wisata yang paling sering di datangi wisatawan lokal waupun mancanegara.
Pantai Kolbano
Pantai Kolbano memang tidak banyak dikenal dan dikunjungi oleh masyarakat di kota Kupang. Hal ini karena untuk melihat pantai yang masuk dalam wilayah Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan) ini warga kota Kupang harus menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 130 Km dengan waktu tempuh 3 jam. Namun meskipun tidak begitu populer sebagai tempat tujuan wisata, Pantai Kolbano ternyata menyimpan daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Pantai yang menghadap ke Samudra Hindia atau laut selatan ini dipenuhi dengan bebatuan kecil berbentuk lempeng dan bertekstur halus layaknya batuan pantai lain. Batu Kolbano, nama itu yang dikenal untuk menyebut bebatuan dari Pantai Kolbano yang telah menjadi komoditi andalan masyarakat di sekitar Pantai Kolbano. Batu Kolbano ini telah ditambang dan diperdagangkan secara resmi sejak tahun 80-an. Batu ini biasanya dipergunakan sebagai batu hias di taman atau di lobi-lobi hotel, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Berikut sedikit Screen shoot dari pantai Kolbano..
2. Pulau Flores
Pulau Flores merupakan salah satu pulau terbesar di Nusa Tenggara Timur. Di Pulau ini terdapat begitu banyak jenis Wisata. Mulai dari Wisata Pantai, Wisata Alam, Maupun Wisata Rohani. Berikut beberapa keunikan yang terdapat di masing daerah-daerah di pulau Flores. Kita Mulai dari Flores Timur.
Flores Timur
Kabupaten Flores Timur beribukota di Larantuka. Kota ini biasa disebut kota Reinha..Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Flores ini menyimpan begitu banyak wisata. Salah satu wisata yang terkenal di daerah ini yaitu wisata Rohani. Biasanya pada Hari Raya Paskah prosesi Semana Santa akan di laksanakan. Prosesi ini dibuat untuk mengenang Bunda Maria Saat Mengikuti Jalan Salib Putrannya Yesus. Disini anda akan melihat patung Tuan Ma dan Tuan Ana yang ditemukan pada Abad ke -15.
Semana Santa akan dimulai dengan upacara Rabu Trewa. Pada hari ini, jemaat berkumpul di kapel dan berdoa untuk mengingat penghianatan Judas Iskariot yang membuat Yesus ditangkap dan disalibkan. Pada waktu ini kota Larantuka akan berubah menjadi kota berkabung, waktu untuk berhikmat dan pemurnian jiwa.
Pada sore hari Kamis Putih, jemaat akan melakukan ritual Tikam Turo yang merupakan persiapan untuk mengambil rute sepanjang 7 kilometer untuk prosesi hari berikutnya dengan memasang lilin di sepanjang jalan. Di Kapel Tuan Ma (Perawan Maria) peti mati yang disegel selama satu tahun akan dibuka oleh Conferia. Setelah itu patung Tuan Ma atau Perawan Maria akan dimandikan dan dipakaikan baju berkabung yaitu kain berwarna hitam, ungu, atau mantel beludru biru.
Puncak ritual jatuh pada Jumat Agung atau Sesta Vera. Pintu kapel Tuan Ma dan Tuan Ana (Yesus dan Perawan Maria) akan dibuka pukul 10 pagi. Prosesi Jumat Agung diisi dengan ritual pengusungan tubuh Yesus Kristus, prosesi ini menempatkan Yesus sebagai pusat ritual dan menempatkan Ibu Maria sebagai pusat perhatian sebagai ibu yang berkabung (Mater Dolorosa). Sabtu Santo (Sabtu Suci) dan Minggu Paskah akan diadakan pada hari berikutnya, menandai akhir prosesi seluruh minggu Paskah.
Berikut sedikit screen shootnya…
Ayo Berlibur Paskah di kota Reinha!!!
Ende
Ende merupakan kabupaten yang terletak di bagian tengah dari pulau Flores. Ditempat inilah Bapak Soekarno (Presiden Indonesia I) pernah diasingkan. Di kota ini juga Rancangan “PANCASILA” yang Sakti itu dibuat Bapak kita ini. Salah satu Objek Wisata terkenal di daerah ini yakni Danau Kelimutu..
Danau Kelimutu
Danau ini sudah terkenal sejak lama, bahkan gambar danau ini pernah dimuat di pecahan uang 5 ribu!!! Tahunnya saya sudah lupa.. Hehehehehehe..
Danau ini memiliki keunikan yakni mempunyai 3 Warna yang selama beberapa tahun akan berubah-ubah. Sangat Unik bukan???
Danau ini menurut kepercayaan masyarakat merupakan tempat dimana roh orang mati akan berdiam..
Ingat!!! Ditempat ini banyak pantangan yang harus dihindari.. So Simak sedikit screen shootnya..
Manggarai Barat
Kabupaten di ujung Barat pulau Flores ini beribu Kota di Labuan Bajo. Di kabupaten inilah terdapat pulau dimana dihuni oleh hewan yang sangat langka yang telah hidup ribuan tahun. “KOMODO”..
Kawan-kawan pasti sudah tau hewan yang satu ini. Hewan ini hidup di pulau Komodo dan Pulau Rinca yang bisa ditempuh lewat laut. Di pulau ini anda dapat menikmati indahnya pulau komodo, pantai pink, dan indahnya pemndangan bawah laut. So, jangan berlama2 lagi. Berikut screen shootnya..
Bagaimana??? Anda Ingin ke Flores????
3.Sumba
Pulau Sumba. Tanah MARAPU.. Setelah berkeliling dari TIMOR & FLORES, Ada baiknya anda berkunjung ke Pulau Sumba. Disini anda akan menemukan berbagai objek wisata, Mulai dari Kuburan Batu Raja-raja, Pantai-pantai nan Indah serta Tarian-tarian yang akan membuat anda terkesima. Jangan Lupa pula Pasola (Perang Adat) yang menjadi tujuan wisatawan Asing.
Sedikit mengenai Pulau Sumba. Di Pulau ini terdapat 4 Kabupaten yakni Kabupaten Sumba Timur dengan Ibu Kotanya Waingapu, Kabupaten Sumba Tengah beribu Kota di Waibakul, Kabupaten Sumba Barat beribu kota di Waikabubak, dan Kabupaten Sumba Barat Daya yang beribu kota di Waitabula.
Waingapu
Berwisata di Kabupaten Sumba Timur anda akan disuguhkan pemandangan Pantai yang begitu indah. Salah satunya pantai Watu Parunu yang dapat anda lihat profilnya disini., kemudian Air Terjun Laputi yang bisa anda lihat disini, berikut kuburan Batu yang terkenal.
Waikabubak
Berwisata ke Sumba Barat betul-betul tidak akan membuat anda kecewa lihat pantai Nihiwatu ini.
Di pantai ini merupakan surga para peselancar dunia. Menurut Beberapa media Elektronik, pantai ini masuk 10 Terbaik di Asia.
Berikut screen shootnya..
Selanjutnya anda disuguhi Pasola. Pasola biasanya diadakan pada Bulan Februari atau Maret. So jangan sampe ketinggalan!!!
Siap-siapkan Liburan anda ke Pulau Sumba!!!
4. Pulau Rote
Pulau Rote merupakan pulau paling Selatan Indonesia. Pulau ini berbatasan langsung dengan Australia. Wanita-wanita Rote terkenal akan kecantikannya. Begitu pula dengan Pulau dan Patainya. Salah satunya Nemberala..
Salah Satu Surganya Para Peselancar. Disini tinggi gelombangya bisa mencapai 7-8 Meter.
Jangan lupa, Di pulau inilah Alat Musik Sasando Berasal!!!!
5. Alor
Pulau Alor disebut karibianya Indonesia. Disini Surganya Keindahan Laut. Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini merupakan salah satu tujuan wisata laut Wisatawan Mancanegara. Berikut Screen Shoot pantai-pantai di Alor!!!
6. Lomblen
Pulau Lomblen atau yang lebih biasa masyarakat NTT menyebutnya Lembata. Pulau kecil yang kering ini memang tidak begitu banyak mempunyai tempat wisata. Tapi di daerah inilah Tradisi ratusan tahun masih dipelihara. Ya!!!, tradisi berburu ikan paus di Lamalera. Sudah begitu banyak tradisi berburu ini di muat di media cetak maupun elektonik, dalam dan luar negeri. Tradisi ini biasanya diadakan pada bulan Mei-November yang diawali dengan upacara adat untuk memohon berkah dari sang leluhur serta mengenang arwah nenek moyang masyrakat Lamalera yang gugur di medan bahari bergelut dengan sang paus, upacara ini dinamakan Upacara Adat Lefa!!
Pemburu paus menggunakan perahu layar (Peledang) yang dilengkapi dengan alat tikam, tali panjang yang diikatkan pada mata tombak (Tempuling), dan bambu sepanjang 4 meter sebagai alat bantu tikam. Dalam satu perahu biasanya terdapat 7 orang yang membantu pada proses perburuan/penangkapan, dan 1 orang sebagai juru tikam (Lamafa).
Para nelayan menunggu seseorang menyerukan Baleo! Baleo! Itulah pertanda ikan paus muncul di permukaan. Pemburuan dapat memakan waktu berjam-jam. Saat paus nampak, matros akan mengayuh dayung ke arah paus sasaran.
Saat Ikan Paus yang telah ditunggu muncul ke permukaaan, Lamafa segera menghujamkan tempuling ke jantung sang paus, tiga hingga empat kali sampai paus letih kehabisan darah.
Hujaman pertama dapat sangat berbahaya bagi seluruh awak, karena paus akan menerjang, bergeliat kesakitan dan menghancurkan segala yang ada di dekatnya. Tak jarang perahu akan dibawa oleh paus ke dalam laut atau terbalik-balik bahkan dihancurkan oleh kepala atau ekor paus.
Setelah paus sudah mulai lemah dan tidak berdaya lagi, untuk mempercepat kematian maka ada bagian yang dirobek oleh pisau tajam agar darah cepat keluar dan paus tersebut cepat mati. Setelah mati, paus tersebut ditarik oleh perahu sampai ke pantai Lamalera, dan siap untuk dipotong dan dibagi-bagi.
Begini ni aksi-aksinya..
Sudah saatnya NTT menjadi tujuan wisata kawan-kawan semua!!!
Siapkan liburan anda sebaik-baiknya!!! Salam…..
Bae sonde bae tana Flobamora lebe bae!!!!!